Melangkah kejenjang perguruan tinggi
merupakan impian setiap orang, baik itu orang kaya atau orang yang tak
berkecukupan, semua mempunyai tujuan untuk menempuh kehidupan yang lebih baik.
Namun impian hanyalah impian, dan perguruan tinggi hanyalah diperuntukan bagi orang-orang
yang kaya saja. Akan tetapi paradigma yang melekat pada diri saya sedikit demi
sedikit pun pudar karena telah mendapatkan pencerahan dari guru BK di salah
satu sekolah menengah atas (SMA) di kota Metro. “Bahwasannya orang yang tak
berkecukupan masih dapat melanjutkan kejenjang perguruan tinggi, contohnya saja
Ibu,” ujar beliau. Dari kalimat yang beliau ucapkan memberi motivasi saya untuk
melanjutkan ke perguruan tinggi. Sehingga masih ada secerca impian yang dapat
saya raih diesok hari.
Saya merupakan anak ketiga dari tiga
bersaudara. Entah bagaimana rasanya kasih sayang seorang ayah terhadap anaknya.
Karena saya belum pernah dapatkan kasih sayang tersebut di masa kanak-kanak
bahkan sampai sekarang ini. Mungkin hangat di pelukan ayah!! Ya sudalah hanya
angan saja. Setelah ayah meninggal, saya
diasuh oleh seorang perempuan yang tak pernah pantang menyerah dan selalu
meyayangi saya. Sehingga dia menjadi tulang punggung keluarga dan menjadi ibu
bahkan ayah yang membesarkan anak-anaknya. Saya tinggal di keluarga yang kurang
mengenal pendidikan formal atau non formal karena orang tua saya tidak mengetahui
baca tulis. Bukan hanya baca tulis saja, namun pendidikan agama pun sangat kurang
bahkan tabu. Namun Ibu membimbing saya untuk belajar di pendidikan formal
maupun non formal agar menjadi manusia yang tak sama dengan beliau.
Dorongan dari orang tua yang
menginginkan anknya untuk sukses dibidang pendidikan membuat saya lebih
semangat, tekun, dan sungguh-sungguh bahkan sampai ke jenjang sekolah menengah
atas. Dijenjang inilah saya mengetahui keutamaan dan manfaat dari sholat dhuha
yakni dari membaca buku-buku agama yang terdapat di perpustakaan sekolah. Kalimat
yang sangat kuingat tentang keutamaan sholat dhuha yakni “bahwasannya sholat dhuha merupakan pembuka pintu-pintu rezeki dan akan
di bangunkan istana bagi orang yang melaksanakannya.”
Dari kalimat inilah saya rajin
mengerjakannya sholat dhuha. Saya melaksanakan sholat dhuha di sela-sela waktu
istirahat dan ketika guru mata pelajaran belum masuk di kelas. Di waktu itulah
doa demi doa kulantunkan agar mendapatkan ilmu yang bermanfaat, mendapakan
peringkat kelas dan memperoleh rezeki yang melimpah, tak lupa kupanjatkan tentang
keinginan saya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.
Waktu berjalan beriringan dengan terkabulnya
doa yang kulantunkan setelah sholat dhuha. Sungguh tak kusangkan ketika setelah
sholat dhuha saya dimina untuk pergi ke kantor untuk menemui salah satu guru
dan ternyata di situlah keajaiban sholat dhuha berada, guru yang meminta saya
untuk menemuinya memberikan beberapa uang kepada saya. Syukur alhamdulilah saya
panjatkan kepada Allah yang maha pemberi rezeki.
Tidak begitu saja, mengetahui keajaiban
sholat dhuha begitu besar maka kualitas dan kuantitas kutingkatkan. Suatu
ketika salah satu guru mengetahui latar belakang kehidupan saya, sehingga guru
tersebut pun memberikan opsi kepada pihak sekolah agar saya di bebaskan dari
uang sekolah atau uang SPP. Opsi itu pun di setujui oleh pihak sekolah. Sehingga
saya telah dibebaskan uang SPP selama sekolah. Begitupun saya telah membantu
meringankan tanggung jawab dari orang tua. Disinilah sholat dhuha berperan
dalam kehidupan saya.
Semester genap telah meninggalkan kenangan
yang bahagia. Sorak-sorak gembira dipanjatkan oleh setiap siswa, karena akan
berjumpa dengan libur panjang dan kenaikan kelas. Siswa kelas tiga pun sibuk
memilih-milih untuk melanjutkan ke perguruan tinggi favoritnya serta menyiapkan
daya dan upaya agar masuk keperguruan tinggi yang dipintanya. Apa daya saya
hanya seorang anak petani yang ingin sekali seperti mereka. Namun dengan tekat
bulat, saya pasti bisa sama seperti mereka. Saya pun mecari cari beasiswa ke sana
ke mari baik dari pihak swasta atau negeri pun saya jalani. Tidak lupa sebelum
menjalankan tes saya sempatkan untuk melaksanakan sholat dhuha. Namun Allah
belum memberikan kesempatan untuk mengikuti beasiswa yang saya coba tersebut.
“Tak apa, belum rezeki. Mungkin Allah akan memberikan saya yang lebih baik,”
Ujar saya dalam hati.
Tidak pantang menyerah dalam jiwa saya,
agar untuk membahagiakan orang tua saya. Saya mencoba kembali beasiswa yang
terdapat di perguruan tinggi yang terdapat di kota kelahiran saya, yaitu STAIN
yang sekarang telah berganti nama menjadi IAIN Metro. Dengan tekat yang membara
saya memberanikan diri untuk medaftar di instansi tersebut. Tidak lelah ku
panjatkan doa setelah melaksanakan sholat dhuha agar mendapat beasiswa untuk
melanjutkan jenjang pendidikan.
Siang berganti malam dan malam berganti
dengan siang namun informasi-informasi belum ku dapatkan pula. Sabar menegakkan
hati untuk terus berdoa dan bermunajat agar masuk ke beasiswa tersebut.
Penantian panjang pun telah usai setelah pengumuman beasiswa di umumkan. Hati
berdebar-debar apakah nama saya tertera di beasiswa tersebut. Dan ternyata puji
syukur kupanjatkan kepada Illahi, nama saya tercantum di beasiswa tersebut.
Sehingga saya pun dapat menikmati bangku kuliah yang diimpikan saat di sekolah
menengah atas. Sekarang saya dapat kuliah dengan beasiswa tersebut dan dengan
berkat sholat dhuha pula saya dapat menikmatinya.
Penulis:
Yaser Nopiyanto (Mahasiswa IAIN Metro)